Minggu, 31 Juli 2022

Bincang Peran Orang Gayo Menghadapi Kolonialisme di Sumatra Turut Bahas 20 Pejuang Gayo di Simalungun.

Tags

Bincang Peran Orang Gayo Menghadapi  Kolonialisme di Sumatra Turut Bahas 20 Pejuang Gayo di Simalungun.
BN Online ; Aceh Tengah-Pusat Kajian Kebudayaan Gayo melanjutkan kegiatan perbincangan secara daring. “Alhamdulillah, sekarang masuk bulan kelima. Perbincangan ke-25. Sebelumnya, sudah dibincangkan beberapa tema secara berseri, mulai dari budaya, seni, sejarah, kopi, bahasa, kuliner, keanekaragaman hayati, alat musik tradisional, busana, sampai sastra lisan Gayo,” kata Yusradi Usman al-Gayoni, Ketua Pusat Kajian Kebudayaan Gayo, Minggu (31/7/2022)

Bincang ke-25, ungkap Yusradi, membahas sejarah. “Fokus perbincangan pada era kolonial Belanda, bagaimana peran orang Gayo menghadapi kolonialisme di Sumatera. Termasuk, di Simalangun di mana tokoh pejuang Rondahaim dari Kabupaten Simalungun meminta sekitar 20 pejuang dari Gayo datang ke Simalungun untuk melatih tentara pejuang Simalungun dalam menghadang Belanda, agar tidak masuk ke jantung Kota Simalungun. Akhirnya, Belanda tidak berhasil menduduki Simalungun, kecuali setelah Rondahaim menghembuskan nafas terakhir,” sebut Yusradi. 

Menurut Konsultan Kajian Objek Pemajuan Kebudayaan (OPK) Pengelolaan dan Pelestarian Warisan Budaya Dataran Tinggi Gayo-Alas (Aceh Tengah, Aceh Tenggara, Gayo Lues, dan Bener Meriah) Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK) RI tahun 2019 itu, melihat perlawanan Gayo terhadap kolonialisme, penting. “Jadi, orang Gayo pada umumnya, terlebih generasi muda, tahu peran awan, datu, dan empu mereka di masa lalu. Tidak sebatas di tanoh tembuni, Gayo dan Aceh, tetapi juga di luar Aceh. Yang lebih penting lagi, bagaimana semangat, nilai, budaya, dan karakter berjuang, pejuang, behu, hebat, dan kul, lebih-lebih i deret ni uwer diri bisa terus berlanjut ke generasi Gayo saat ini dan generasi Gayo pada masa-masa mendatang,” tegas Yusradi. 

Bincang “Peran Orang Gayo Menghadapi Kolonialisme di Sumatera," jelas pendiri/pengelola Perpustakaan Gayo tersebut, akan dinarasumberi Johan Wahyudi, dosen Sejarah Peradaban Islam, Fakultas Adab dan Humaniora, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Johan Wahyudi sempat meneliti “Peradaban Islam Awal di Aceh Tengah; Studi Atas Kerajaan Linge Abad XI-XIV.” Juga, menulis buku "Sejiran Tak Sejalan: Diplomasi Kesultanan Aceh dengan Johor Abad XVI-XVII (Mahara Publishing, 2016), dan editor buku "Sejarah Aceh" di Yayasan Tun Sri Lanang, Jakarta (2011-2012) dan "Sejarah Awal Islam di Gayo Abad XI-XIV" yang ditulis sejarawan Prof. Dr. M. Dien Madjid (Mahara Publishing, 2020). 

Bincang “Peran Orang Gayo Menghadapi Kolonialisme di Sumatera" Pusat Kajian Kebudayaan Gayo akan digelar pada hari Senin malam (1/8/2022), mulai pukul 19:30 WIB, bisa diikuti melalui tautan Zoom Meeting
https://us02web.zoom.us/j/82623535672?pwd=TWVVVjhETjZ5dkwwRGpQb0VOM0VkUT09, Meeting ID: 826 2353 5672, dengan Passcode: 841994

Penulis : Aharuddin.
Editor    : Riga Irawan Toni