Jumat, 27 Mei 2022

Pusat Kajian Kebudayaan Gayo (PKKG) kembali membincangkan didong Gayo.

Tags

Pusat Kajian Kebudayaan Gayo (PKKG) kembali membincangkan didong Gayo.
BN Online ; Aceh tengah “Di seri #1 sebelumnya, membahas didong urban, didong transjakarta. Sekarang, didong tradisional, dengan narasumber Djamaludin Meri, ceh legendaris Musara Bintang,” kata Yusradi Usman al-Gayoni, Ketua Pusat Kajian Kebudayaan Gayo, Jumat (27/5/2022).

Lebih lanjut, dijelaskan Yusradi, bincang seni yang bertopik “Didong, Udin Musara, dan Musara Bintang” itu membahas sejarah dan perkembangan didong secara keseluruhan di Aceh Tengah dan Bener Meriah, terutama di daerah uken. Uken, merupakan paruh (moety) masyarakat yang di Gayo Lut, Kabupaten Aceh Tengah. Kemudian, kesosokkan Djamaluddin Meri dengan karya-karyanya, dan kelop didong Musara Bintang tempat Djamaluddin dan ceh-ceh di Bintang untuk berdidong. 

“Digelar secara daring dan terbuka untuk umum melalui Zoom Meeting, Minggu (29/5/2022), mulai jam 10.00 WIB. Tautan Zoom Meeting-nya https://us02web.zoom.us/j/89911153142?pwd=cDZqZjkvMXloR3hEOTNWL3NybHB5dz09, Meeting ID: 899 1115 3142, dan Passcode-nya: 002914. Melalui bincang seni seri #2 ini, bagaimana bisa dikuatkan pendokumentasian dan publikasi tentang Musara Bintang dan karya ceh-cehnya, baik yang lahir melalui didong jalu maupun yang lahir di luar didong jalu,” sebut Yusradi.

Pendokumentasiannya, sebutnya, bisa secara digital dan nondigital, sehingga bisa diwariskan ke generasi Gayo mendatang. Karya-karya ceh Musara Bintang dan ceh didong pada umumnya sangat penting dan bernilai, karena pengetahuan kegayoan tersimpan dalam karya tersebut. Pintu masuk mengetahui Gayo, melalui karya sastranya. Salah satunya, melalui karya ceh-cehnya. Apalagi, didong merupakan karya sastra Gayo yang paling bertahan, sampai sekarang. 

“Perlu dipikirkan juga dibangunnya Museum Musara Bintang. Isinya foto-foto ceh, apit, dan anggota kelop. Karya-karya ceh. Kegiatan-kegiatan Musara Bintang. Ke depan, museum ini bisa jadi salah satu destinasi wisata di Bintang dan terintegrasi dengan semua destinasi pariwisata lainnya yang ada di Bintang. Tentu, ini dampaknya luar biasa buat daerah, Kabupaten Aceh Tengah, terutama masyarakat Bintang,” kata pendiri sekaligus pengelola Perpustakaan Gayo tersebut.

Penulis : Aharuddin
Editor    : Riga Irawan Toni