BN Online _ Takengon-Buku “A-Z : Tortoises and Turtles” Drh. Yulyani Dewi terbit. “Minggu lalu, sudah saya terima bukunya dari penerbit (Mahara Publishing). Ini merupakan buku perdana saya. Buku ini saya peruntukkan buat klien-klien tortoise lover yang membawa kura-kuranya ke klinik saya (Pet Care) dan kepada semua pencinta kura-kura di mana pun,” kata penulis buku “A-Z : tortoises and turtles, Drh. Yulyani Dewi, Rabu (5/6/2024).
Dijelaskan alumnus Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia (1997) tersebut, kura-kura merupakan reptil terbanyak yang ditemui dalam prakteknya sebagai dokter hewan, selain ular, kadal, dan biawak. Sejalan dengan perkembangan waktu, jumlah pemilik kura-kura semakin banyak dan hampir menyamai hewan kesayangan lain, seperti anjing dan kucing. “Kura-kura yang ditemui dalam praktek sangat bervariasi, baik kura-kura darat maupun kura-kura air. Kura-kura tersebut mempunyai kebutuhan hidup yang berbeda-beda, termasuk suhu, kelembaban, nutrisi, dan lingkungan hidup, sehingga bisa hidup dengan sehat dan berumur panjang,” sebutnya.
Kura-kura sebagai reptil yang digemari di Indonesia, sambungnya, sangat menarik. “Biasanya, orang akan memelihara lebih dari satu kura-kura. Dalam buku ini, dijabarkan mengenai beberapa jenis kura-kura, kebiasan hidup, dan sejarahnya. Termasuk, berbagai langkah dalam pemeliharaan kura-kura yang tepat, mulai dari pemilihan jenis, persiapan kendang, sampai pada perawatan kura-kura,” ujarnya.
Ditambahkan alumnus Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor (2002) itu, buku “A-Z: Tortoises and Turtles” juga dilengkapi dengan berbagai tips agar kura-kura tetap sehat. “Biar memperoleh manfaat dari buku ini, bisa dipraktekkan cara pemeliharaan kura-kura secara langsung dengan kiat-kiat yang sudah disajikan dalam buku ini. Pasalnya, buku ini merupakan pengalaman penulis selama berpraktek menangani kura-kura di klinik. Banyak sekali kasus yang ditemui dalam praktek, termasuk penyakit infeksius/menular, noninfeksius, dan penyakit dalam/internal pada kura-kura. Semua gangguan kesehatan tersebut dapat diminimalkan dengan pengetahuan dan praktek yang baik dalam pemeliharaan kura-kura,” tegasnya.
Mengenal Drh. Yulyani Dewi
Drh. Yulyani Dewi lahir di Jakarta pada tanggal 22 Februari 1975. Ia berprofesi sebagai dokter hewan praktisi. Dalam prakteknya, ia menangani reptil, anjing, dan kucing. Pendidikan formalnya adalah Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia (lulus tahun 1997) dan melanjutkan ke Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor (lulus tahun 2002).
Saat ini, ia berpraktek di klinik hewan Pet Care, berlokasi di Jakarta Selatan. Ia secara aktif mengikuti berbagai pendidikan berkelanjutan di bidang kedokteran hewan, khususnya di bidang Reptile Medicines and Surgery. Ia juga aktif mengisi kegiatan seminar, memberikan materi kepada mahasiswa, dan kolega dokter hewan di bidang kedokteran hewan reptil. Di samping itu, Drh. Yulyani Dewi beberapa kali menjadi juri dalam kontes-kontes reptil di Jakarta dan kota-kota lain di Indonesia. Pendidikan berkelanjutan yang diikutinya, antara lain Veterinary Meeting and Expo, di Florida, USA, pada tahun 2023.
Ia memelihara banyak reptil sebagai hewan kesayangan. Harapannya untuk ke depannya, adalah memajukan pengobatan reptil di Indonesia, baik di bidang pengobatan maupun bedah. Ia sedang mempelajari dan mempraktekkan beberapa pengobatan untuk kasus-kasus sulit, di antaranya adalah bladder stones pada kura-kura Sulcata, dengan mencari cara alternatif pengobatan yang mempunyai tingkat keberhasilan tertinggi. Selain itu, ia berusaha menggalakkan hubungan yang baik dengan klien/pemilik reptil (human-animal bond) dengan tujuan untuk meningkatkan keberhasilan pengobatan reptil yang ditangani.
Drh. Yulyani Dewi adalah dokter hewan penanggung jawab untuk salah satu farm breeder reptil terbesar di Indonesia, yaitu PT Indoreptile dan CV Teraria Indonesia sejak tahun 2010-sampai sekarang. Juga, anggota dari Veterinary Information Network (VIN) dan Association of Reptilian and Amphibian Veterinarian (ARAV) yang berbasis di USA.
Editor : Riga Irawan Toni